Semasa muda, Imaduddin Isma’il menduduki banyak jabatan penting di bidang pendidikan. Beliau juga menjadi guru besar di Masjid Umayyah Damaskus. Ia juga aktif menulis buku tafsir, yakni Tafsir Ibnu Katsir yang terdiri dari 10 jilid. Juga Fada’il al-Qur’an (Keutamaan Alquran). Dia juga menulis buku sejarah.
Salah satu yang paling terkenal adalah al-Bidayah wa an-Nihayah (Permulaan dan Akhir), yang sering dijadikan rujukan utama dalam penulisan sejarah Islam. Ibnu Katsir juga menulis banyak buku hadits dan fiqih. Sebut saja, Kitab Jami’ as-Masanid wa as-Sunan (Kitab Penghimpunan Musnad dan Sunan), al-Kutub as-Sittah (Kitab-kitab Hadis yang Enam), dan al-Mukhtasar (Ringkasan).
Ibnu Katsir (Imam al-Hafidz Imaduddin Abul-Fida Ismail bin Katsir) merupakan salah seorang ulama tafsir terkemuka. Karyanya, Tafsir Ibnu Katsir, merupakan salah satu tafsir klasik Alquran yang menjadi pegangan kaum Muslimin selama berabad-abad. Ibnu Katsir telah melakukan suatu kajian tafsir dengan sangat teliti, dilengkapi dengan hadis-hadis dan riwayat-riwayat yang masyhur. Kecermatan dan kepiawannya dalam menafsirkan Kitab Suci Alquran yang mulia, menjadikan Tafsir Ibnu Katsir sebagai kitab rujukan di hampir semua majelis kajian tafsir di seluruh dunia Islam.
Namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri, kedalaman kajian dan terjadinya banyak pengulangan di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir menjadikan kitab itu tebal dan berjilid-jilid. Atas dorongan para ulama Yaman, Maroko, Mesir, Arab Saudi, dan Libanon, akhirnya Muhammad Nasib ar-Rifa’I (seorang ulama asal Suriah) meringkas kitab tafsir itu menjadi hanya empat jilid saja. Penerbit Gema Insani telah menerjemahkan dan menerbitkan keempat jilid lengkap buku Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir itu.
Sebagian orang mungkin beranggapan membaca kitab tafsir merupakan hal yang memberatkan dan harus mengernyitkan kening. Namun sebetulnya tidak demikian. Hal itu ditegaskan oleh Muhammad Nasib ar-Rifa’I saat memberi pengantar buku Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ini: “Buku ini memudahkan kita dalam memahami berbagai tujuan Alloh, sehingga makna-maknanya yang tinggi menjadi rendah, mudah untuk dipetik dan berada dalam jangkauan mayoritas pencari ilmu, termasuk jangkauan para pemula.”
Semua itu karena buku ini menghindarkan pengulangan, memperbaiki penjelasan, menjauhkan hadis-hadis dhaif (lemah) dan maudhu’, serta menghapus kisah-kisah Israiliyat (bersumber dari Yahudi dan diragukan kebenarannya). Di samping itu, juga membersihkan konsep-konsep yang berbau khurafat, menjelaskan pembahasan sekaligus tujuannya melalui beberapa ulasan yang menonjolkan akidah kaum salaf yang memperlihatkan dengan jelas tiga jenis tauhid: rububiyah, uluhiyah, serta tauhid nama (asma) dan sifat Alloh.
Dalam bagian lain dikatakan, “(Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ini) spirit maknanya masih utuh tanpa cacat, dalam bentuk susunan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh cendekia, pelajar, pemula dalam mencari ilmu, bahkan oleh masyarakat awam, jika mereka membacanya atau dibacakan kepada mereka. “Berbeda dengan tafsir-tafsir kontemporer - seperti Fi Zhilalil Qur’an karya Asy-Syahid Sayyid Quthub Tafsir Ibnu Katsir nyaris merupakan satu-satunya tafsir yang hanya merupakan “tafsir untuk tafsir” - tidak dibaurkan dengan ilmu lain.
Karena itu Tafsir Ibnu Katsir disebut-sebut sebagai yang terbaik di antara tafsir yang ada pada zaman ini. Hal itu karena Ibnu Katsir menggunakan metode yang valid dan jalan ulama salaf (terdahulu) yang mulia, yaitu penafsiran Alquran dengan Alquran, penafsiran Alquran dengan hadis, dengan pendapat para ulama salaf yang saleh dari kalangan para sahabat dan tabi’in (generasi setelah sahabat), dan dengan konsep-konsep bahasa Arab. Buku tafsir ini amat berharga dibaca oleh setiap Muslim. Tidak hanya kalangan ulama dan da’i, santri maupun mahasiswa, tapi juga oleh kalangan awam. Metode penyajian dan bahasa yang dipakai menyebabkan buku ini mudah dipelajari oleh siapa pun.
0 comments:
Posting Komentar
Mohon memberikan komentar yang sesuai dengan topik artikel. Komentar Anda akan kami review dahulu sebelum ditampilkan !!!